Beberapa frekuensi suara ini bisa mengurangi stres di tubuh dengan efek ‘deep healing’
Studi menemukan bahwa terdapat korelasi antara suara yang kita dengar dengan aktivitas otak dan kondisi tubuh manusia
Nggak jarang kita temui playlist-playlist musik yang bertajuk “mood booster” atau playlist yang bertajuk suatu perasaan dan emosi tertentu yang biasa manusia produksi (contoh: galau, marah).
Bahkan, ketika kita sedang iseng cari lagu di platform streaming seperti Spotify, ada beberapa playlist yang diberi judul “Nights in Jaksel” atau lebih lucu, playlist tersebut dinamakan “playlist dugem” sehingga pas mendengarkan lagu-lagu di playlist itu mereka bisa dibawa kembali ke malam yang mereka nggak bisa lupakan.
Made Music Studio, dalam risetnya menyatakan bahwa terdapat korelasi sebesar 86% antara suara dari sebuah tempat atau pengalaman dan keinginan orang untuk kembali ke tempat dan pengalaman itu — korelasi ini terjadi dalam tingkat bawah sadar
Menurut riset yang dilakukan Newcastle University, respon emosional kita memiliki dasar biologis. Riset ini menunjukkan bagian otak yang bernama amigdala yang bertanggung jawab atas emosi, membuat bagian otak yang memproses suara (korteks auditori) menjadi lebih aktif saat memproses suara yang nggak menyenangkan dan membuat badan secara fisik jadi waspada.
Baca selanjutnya: Low bass gets people dancing, new study finds
Inovasi dan riset mengenai suara dalam perkembanganya memusatkan perhatian ke frekuensi suara akhir-akhir ini. Penelitian mengungkapkan bagaimana berbagai frekuensi suara (diukur dalam Hz) dapat meniru dan memicu aktivitas elektromagnetik dalam otak dan menemukan bahwa musik dapat menyetir dan mempengaruhi emosi bahkan keadaan fisik manusia.
Dengan maraknya tren wellness dan self-care yang beredar di dunia maya, banyak pengguna internet yang mulai mendengarkan musik-musik dengan frekuensi tertentu yang konon punya khasiat untuk meningkatkan fokus, merendahkan tingkat kecemasan dan stress.
Frekuensi Solfeggio adalah salah satunya. Dalam sejarahnya, frekuensi ini sudah berkontribusi dalam nyanyian seperti Gregorian chants dan nyanyian sansekerta India kuno.
Frekuensi Solfeggio pun mempunyai banyak manfaatnya karena adanya kesamaan dengan resonansi Schumann — resonansi yang dimuat dari muatan listrik bumi. Saat meneliti gelombang elektromagnetik bumi, Schumann menemukan bahwa peristiwa seperti kilatan petir mempunyai resonansi rendah yang berkisar dari 7,68 Hz sampai 8 Hz.
Baca selanjutnya: Raving changes our brains & creates meaningful bonds, according to study
Resonansi ini pun diteliti lebih lanjut oleh Herbert Konig yang menemukan bahwa terdapat kecocokan antara resonansi ini dan tingkatan aktivitas otak manusia.
Terdapat beberapa frekuensi Solfeggio dan manfaatnya yaitu 432 Hz yang dapat memperlambat detak jantung, 528 Hz yang dapat mengurangi stress bahkan jika kita hanya mendengarkan dalam waktu 5 menit dan memulihkan sel-sel dalam tubuh, 396 Hz dapat mengurangi kecemasan dan ketakutan dalam bawah sadar dan 852 Hz yang dapat mengubah pikiran negatif menjadi positif.
Selagi perkembangan teknologi terhadap suara semakin dikembangkan, suara yang mengandung frekuensi ini bisa banget kamu coba disaat sedang suntuk.
Jemima Panjaitan adalah writer Mixmag Indonesia. Ikuti dia di Instagram.