Menu
Home Latest News Menu
Indonesia

Komunitas musik elektronik internasional bersuara mengenai krisis kemanusiaan di Gaza

Eastern Margins, Radio Alhara dan NTS Radio membangun solidaritas terhadap tragedi di Gaza

  • words by: jemima panjaitan | images by: megan townsend
  • 25 October 2023
Komunitas musik elektronik internasional bersuara mengenai krisis kemanusiaan di Gaza

Krisis kemanusiaan di Gaza mengalami lonjakan. Sejak 7 Oktober, setidaknya terdapat 5.087 jumlah orang tewas, termasuk 2.055 anak, 1.119 perempuan dan 217 orang lanjut usia. Keadaan memburuk dengan pasokan air, listrik, dan persediaan yang terputus akibat blokade total yang dilakukan oleh Israel. PBB mengutuk tindakan pengasingan benda-benda yang penting untuk kelangsungan hidup sebagai metode perang dan melanggar hukum kemanusiaan internasional.

Pakar HAM PBB, juga memperingatkan bahwa masyarakat Palestina di Gaza sedang dalam bahaya besar dari pembersihan etnis massal dan mengajak komunitas internasional untuk menyerukan adanya gencatan senjata.

Solidaritas yang terbentuk juga datang dari kancah musik elektronik internasional. Pada tanggal 20 Oktober lalu, Eastern Margins, label rekaman dan agensi yang berbasis di London dengan fokus pada budaya alternatif Asia, menyuarakan aspirasinya terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza.

Dalam unggahan Instagramnya, Eastern Margins menyatakan bahwa mereka akan tetap melakukan edukasi terhadap krisis kemanusiaan yang sedang terjadi di Gaza dan menyediakan sumber bacaan serta donasi dalam story Instagram mereka.

"Eastern Margins stands in solidarity with Palestine. We are continuing to educate ourselves on this topic, and encourage others to do so. We have shared resources in our story by people who are far more knowledgable, which may help you to learn how you can support Palestine and what you can do to show your solidarity."

Baca selanjutnya disini: 260 orang tewas di festival musik dekat Gaza akibat serangan kelompok militan

Radio Alhara, stasiun radio online independen yang berbasis di Bethlehem, Palestina mengajak para musisi untuk mogok kerja dan membatalkan gigs dan konser mereka. Dalam unggahan di Instagram, mereka menyatakan bahwa pemberhentian aktivitas ini merupakan bentuk menghormati masyarakat Palestina yang sedang berduka dan sebagai bentuk konfrontasi terhadap kekerasan yang dilakukan di Palestina.

Mereka juga melakukan siaran langsung mixtape Learning Palestine _ Until Liberation, program suara selama 12 jam yang mencakup lagu-lagu, puisi, nyanyian, presentasi percakapan — terbuat dari konten yang diunduh dari Youtube. Nggak hanya itu, dengan kolaborasinya bersama soundcamp, terciptalah Radio for Palestine yang memuat siaran demonstrasi di London dan dimulai sejak tanggal 21 Oktober. Program ini dapat diakses melalui situs Radio Alhara.

Dalam responnya terhadap krisis kemanusiaan di Palestina, NTS Radio menghentikan aktivitas siaran mereka sebagai bentuk refleksi terhadap situasi yang terjadi. Mereka mengadvokasi untuk segera dilakukan gencatan senjata dan menghimbau pendengarnya untuk memberikan donasi kepada organisasi yang memberikan bantuan kemanusiaan.

Pada tanggal 21 Oktober, NTS Radio menutup kantor dan studio mereka di London dan Los Angeles. Gerakan ini juga bertujuan untuk memperkuat suara masyarakat Palestina dengan menyiarkan musik-musik Palestina dan konten-konten edukasi mengenai situasi yang sedang terjadi.

Dukungan juga datang dari Massive Attack yang berseru mengenai urgensi untuk akses listrik, air dan makanan yang harus segera berlangsung di Palestina. Tulisan "There is only one side, common humanity" terpampang jelas dalam laman Instagram mereka.

Mixmag Indonesia menghimbau para pembaca untuk terus mengedukasi diri terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi dan sejarah kolonialisme, supremasi, eksploitasi yang dilakukan kepada penduduk Palestina. Berikut sumber-sumber yang bisa kamu baca:



[Image via Independent]

Jemima Panjaitan adalah Writer Mixmag Indonesia. Ikuti dia di Instagram.

Load the next article
Loading...
Loading...