Kekuatan musik dalam koleksi “White Lies” Spring/Summer 2024 karya Harry Halim
Mengintip proses musik di balik koleksi Spring/Summer 2024 Ready-to-Wear Couture karya Harry Halim
Harry Halim kembali menciptakan gebrakan dalam koleksi Spring/Summer 2024 Ready-to-Wear Couture bertajuk “White Lies” pada tanggal 17 Oktober 2023 lalu. Dalam fashion show “White Lies”, Harry menampilkan 31 looks yang dibuka dengan koleksi bernuansa hitam, Harry Halim ingin membantah bahwa warna ini bukan warna yang menggambarkan musim semi. “Hitam adalah tribute saya kepada semangat perlawanan anak muda,” jelas Harry Halim.
Palet hitam kemudian memudar, bererupsi menjadi warna-warna terang yang dinamis sampai akhirnya bertransisi menjadi koleksi berwarna putih dengan detail yang intricate. Tema “White Lies” berasal dari kegelisahan batin yang diawali dengan pupusnya sebuah romansa, yang melibatkan kompleksitas perasaan dalam hati dan kebenaran yang sulit diungkapkan. Nuansa putih yang merupakan finale dari show ini menjadi pièce de résistance yang membawa optimisme dan menyuarakan kebebasan.
Koleksi ini pun tidak lengkap kalau tidak ditemani dengan soundtrack yang menyelimuti panggung dan membuat jantung berdebar. Iman Anggoro sebagai music director membuka show ini dengan suara string yang berlimpah. Dirangkai kurang lebih selama 1 bulan, soundtracknya merupakan suatu kolaborasi. Ada 4 tahapan yang dilakukan untuk merangkainya. Anggoro juga sempat ngobrol-ngobrol dengan tim Mixmag Indonesia mengenai produksi untuk soundtrack ini.
“Proses kolaborasi antara Harry dan saya untuk soundtrack ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama melibatkan Harry yang memberikan tema dan mood board koleksinya, bersama dengan deskripsi dan nuansa yang diinginkan. Saya kemudian mengumpulkan suara-suara yang sesuai, khususnya menggunakan suara string.
Kami juga mempertimbangkan durasi dan variasi suasana lagu, jumlah dan variasi pakaian, serta menyamakan BPM dengan kecepatan jalan, dengan mempertimbangkan sepatu yang akan digunakan yaitu boots dengan hak yang tinggi.
Soundtrack ini juga ditemani oleh puisi, Harry mengirimkan data suara dari puisi yang akan digunakan. Tahap empat, lima hari sebelum peluncuran, melibatkan lagu yang telah direvisi dengan narasi puisi yang telah dimasukkan. Pada titik ini, Harry telah melakukan fitting yang intens dan memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang suara dan durasi lagu. Bersama-sama, kami mencoba berbagai variasi untuk memastikan bahwa suara dari narasi tersebut sesuai dengan visi kami.
Tahap terakhir melibatkan tinjauan revisi sebelumnya dengan penekanan pada perubahan atau penambahan minor. Fokus utama adalah pada pengaturan struktur lagu yang telah dibuat, termasuk teknis durasi penggantian lagu untuk persiapan gladi resik. Setiap tahap dari proses ini direview oleh Harry, memastikan bahwa lagu dan suara yang dihasilkan memiliki karakter ANGGORO yang unik dan sesuai dengan koleksi pakaian secara menyeluruh dari segala aspek.”
Irama yang dipakai pun terinspirasi dari lagu-lagu yang digunakan di show brand internasional seperti Dior dan Saint Laurent dan nggak lupa mengambil inspirasi lain dari Scratch Massive, Hans Zimmer dan Ultra Sunn.
“Kekuatan musik tercermin dalam hubungannya yang erat dengan puisi dan fashion. Penting untuk memilih musik yang sesuai dengan busana yang akan direpresentasikan, hal ini terlihat jelas dalam pertunjukan di mana emosi dan gaya berjalan dari setiap model sangat dipengaruhi oleh musik. Musik punya kemampuan untuk memperkaya perspektif penonton terhadap karya busana tertentu.”
Sesuatu yang unik di penghujung acara adalah terdengarnya lagu Ada Apa Dengan Cinta karya Melly Goeslaw.
“Harry selalu lebih memilih lagu Indonesia di akhir shownya. Feel, aransemen dan tema dari liriknya dirasakan cocok dengan tema “White Lies”. Melly Goeslaw juga teman baik dari Harry Halim, dan pemilihan lagu ini juga sebagai penghargaan dari Harry ke Melly.”
Jemima Panjaitan adalah writer Mixmag Indonesia. Ikuti dia di Instagram.